Anak yang Berbudi Baiik

Pada suatu desa, terlahir anak yang sangat mungil dan sehat, tak kurang suatu apapun. Dia terlahir tanpa mempunyai ayah, nama anak itu adalah Amir. Ibu ini sekaligus merangkap sebagai ayah, jadi selama Amir terlahir tidak pernah melihat wajah ayahnya. Amir selalu bertanya-tanya tentang ayhanya, tetapi tidak sedikitpun ibu nya memberitahu bahwa ayah nya telah pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. "ibu dimana ayah? kenapa selama ini Amir tak pernah tahu tentang ayah? Amir kan hanya ingin bertemu dengan Ayah?"tanya Amir kepada ibunya. "nak, ayahmu sedang pergi keluar kota untuk bekerja, mungkin esok dia akan datang untuk menemui kita, jadi jangan sedih lagi ya nak"jawab ibu. "tapi kenapa begitu lama? Amir sangat merindukan ayah, dan Amir pun selalu diejek sama teman-teman kamu anak yang tak mempunyai ayah. Amirkan jadi sedih bu'."kata Amir. "ia nak, ibu tahu tetapi ayahmu sedang pergi jauh untuk mencari uang, suatu saat ayahmu pasti kembali, yakinlah"jawab ibu.

Kisah Ibu yang Membenci Anaknya

Kehidupan pasangan suami istri Ramdan dan Rahmi sangat pas-pasan. Apalagi ditambah dengan dua orang anak mereka, Alia (7 tahun) dan Dede (5 tahun). Ramdan, sang kepala keluarga, hanya menggantungkan hidupnya dari berjualan minyak tanah. Sementara, Rahmi, istrinya setiap hari kerjaannya hanya marah-marah, mengeluhkan kondisi keuangan keluarga mereka.

Dalam kondisi seperti itu, Rahmi menyadari ternyata dirinya tengah hamil anak yang ketiga. Mati-matian Rahmi berusaha supaya janin yang dikandungnya gugur. Ramdan yang mengetahui hal itu, berkali-kali mengingatkan sang istri untuk mengurungkan niatnya. Tapi, Rahmi tidak peduli. Rahmi malah nekat mengundang seorang dukun untuk menggugurkan kandungan ke rumahnya. Untungnya Ramdan keburu datang di rumah.

Puisi untuk Ibu

karya: Sopa Saniah


Ibu.............
Dadaku sesak
Nafas dan denyut nadi terasa berhenti
Melihat tubuhmu terbujur dan kaku
Bibirku tak dapat berkata
Dunia terasa gelap gulita

Puisi Untuk Ayah

Waktu mengajakku kembali berputar,
ke masa lalu.
terlihat, terasa disana
keceriaan terpancar.
Tawa dan kasih sayang...

Seorang Anak Yang Durhaka



Pada suatu desa, terdapat satu keluarga yang cukup tentram, tidak pernah terjadi keributan apapun. Setelah beberapa hari kemudian, terjadi suatu kejadian yang tidak disangka-sangka oleh seorang tetangga samping rumahnya. Dia mendengar ada keributan di keluarga itu, nampaknya ada masalah,ujar tetangga tersebut. Setelah di selidiki ternyata di rumah itu memang sedang ada keributan kecil. Seorang anak  perempuan dan ibunya. Ibu menegur anaknya secara halus, di nasehati dengan lembut tetapi anak itu malah membantah perkataan ibunya dengan ucapan yang sangat kasar. Ibu nya menegur karena anak perempuan nya itu selalu pulang terlalu sore setelah pulang dari sekolah. Anaknya itu beralasan karena dia sedang mengerjakan kelompok, membuat tugas ini itu. Ibu pun semakin tak percaya pada alasan sang anak, karena setiap ia tanya kepada anaknya dia selalu bilang habis membuat tugas bu. Ibu nya hanya bisa bersabar dan terus bersabar untuk menasehati anaknya itu.

Kisah Sedih Seorang Ibu

Cerita ni
dalam bentuk luahan hati seorang anak yang kesedihan akibat kelalaian
atau dengan kata lain kederhakaannya kepada seorang ibu!

Cerita si anak.....

Ibuku buta sebelah mata!
Aku benci ibuku… Dia amat
memalukanku!
Tugas harian dia ialah memasak untuk pelajar dan guru
untuk menyara keluarga kami.

Kasih Sayang Seorang Ibu pada Anaknya

Tahukah kalian tentang seorang ibu yang susah payah saat melahirkan dan merawat kita??
Nah, bisa kalian baca dibawah ini :-)


Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.

Kisah Anak & Ibu yang Saling Menulis Surat

Dikisahkan, seorang ibu meminta tolong pada anaknya untuk membantunya mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. Kebetulan hari itu, ia harus menghadiri acara keluarga. Maka diambil secarik kertas, ditulisnya apa yang harus dikerjakan si anak, dan kemudian ditempel di pintu lemari es, agar pesan yang disampaikannya terbaca oleh si anak.
Menjelang sore si ibu hadir kembali di rumah, kemudian ia membaca secarik kertas yang tertempel di dinding lemari es, nampak tulisan si anak yang tersusun rapi.
1. Cuci Piring:         Rp. 10.000,-
2. Ngepel:               Rp. 20.000,-
3. Cuci Baju:           Rp. 45.000,-
4. Seterika:             Rp. 30.000,-
5. Masak Nasi:        Rp. 15.000,-
6. Siram Tanaman:  Rp. 20.000,-

Kisah Ibu dan Ke-3 Anaknya

Ada seorang ibu yang mempunyai tiga orang anak. Ketika hujan turun dengan derasnya, sang ibu sambil duduk menulis surat dengan serius.

Datanglah anak pertama dan berkata kepadanya, "Bu, aku sangat menyayangimu dan mengasihimu!" Mendengar kakaknya berkata demikian, adik kedua tidak mau kalah saing dengan kakaknya. Ia datang mendekati ibunya, lalu berkata pula, "Ibu, di antara kami bertiga, akulah yang lebih menyayangimu dan mengasihimu ibu!"

Si bungsu yang masih memegang mainannya itu dan memperhatikan dengan serius tindakan kedua kakaknya, segera meninggalkan mainannya, lalu datang kepada ibunya. Si bungsu tidak berkata apa-apa, tetapi ia hanya  memeluk ibunya dengan penuh kasih. Setelah itu mereka kembali ke tempatnya masing-masing.
Setelah ibu selesai menulis, pada saat itu di luar rumah masih hujan sangat deras di sertai guruh dan kilat yang saling sambar-menyambar, dan sang ibu memanggil anak-anaknya dan menyuruh mereka untuk mengeposkan surat tersebut.

Sang ibu menekankan bahwa surat itu sangat penting dan harus segera dikirim. Anak yang pertama beralasan, "Bu, di luar masih hujan deras, aku tidak bisa pergi." Datanglah anak yang kedua dan beralasan, "Bu, aku masih mengerjakan PR, harus selesai sore ini juga."

Si bungsu diam-diam mengambil mantel dan berkata kepada ibunya sambil tersenyum, "Bu, saya yang akan mengantarkan surat ke kantor pos." Sahut ibunya, "Sabar nak, di luar masih hujan." Si bungsu hanya terdiam dan langsung  mengambil surat itu lalu pergi mengantarkannya ke kantor pos, meskipun hari masih hujan.



Seringkali kita berkata kepada orang tua kita, "Papa, Mama, aku menyayangimu." Tetapi itu hanyalah ucapan yang keluar dari mulut kita, dan bukan dari dasar hati yang terdalam. Dalam kenyataannya, ucapan kita cenderung seperti anak yang pertama dan kedua di saat kita menyatakan kasih kepada orang tua dan sesama kita. Sebenarnya kita tidak perlu mengucapkan kata-kata manis untuk mengungkapkan bahwa kita mengasihi orang tua dan sesama kita, melainkan melalui sikap dan tindakan yang nyata dan benar-benar tulus dari hati.

Ibu,,, I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada ayah,,, :-)


sumber: dari Google "kisah ibu"

Kisah Seorang Ibu dan Anaknya

 Pada zaman dahulu, di sebuah perkampungan yang kecil, tinggallah seorang perempuan bernama Solehah dan anaknya ,Amru yang baru berusia 5 tahun. Suaminya telah meninggal dunia ketika di medan perang. Maka tinggallah Solehah dan anaknya sehelai sepinggan meneruskan kehidupan di sebuah rumah kecil peninggalan suaminya. Kerja solehah sebagai penenun kain menjadikan hidup mereka serba sedikit senang. Dia dan anaknya masih boleh mengisi perut dan menjalani kehidupan walaupun tidak semewah orang lain. Sekurang-kurang mereka tidak perlu mengemis untuk mendapatkan sesuap nasi. Jika ramai orang yang mengupah solehah untuk menenun kain, maka berisi lah perut mereka hari itu , tetapi jika tiada pelanggan, maka mereka terpaksa makan makanan simpanan sebelum ini yang sedikit untuk mengalas perut.Begitulah kerja Solehah yang tidak menentu setiap hari.